Mekanisme Sistem Politik menurut Gabriel Almond dan David Easton dan Lingkungan Internal dan Eksternal Sistem Politik
Nama : Florentia Elys W.
NIM : 20160311054085
Prodi : Hubungan Internasional
Matkul : Sistem Politik Indonesia
Tugas 1
“Mekanisme Sistem Politik menurut
Gabriel Almond dan David Easton dan Lingkungan Internal dan Eksternal Sistem
Politik”
Sistem adalah kesatuan seperangkat struktur yang memiliki fungsi
masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem politik
adalah kesatuan (kolektivitas) seperangkat struktur politik yang memiliki
fungsi masing-masing yang bekerja untuk mencapai tujuan suatu negara. Pendekatan sistem politik dimaksudkan juga untuk menggantikan pendekatan
klasik ilmu politik yang hanya mengandalkan analisis pada negara dan kekuasaan.
Pendekatan sistem politik diinspirasikan oleh sistem yang berjalan pada makhluk
hidup.
Sistem
politik dianologikan sebagai sebuah organisme yang terdiri dari bagian-bagian
atau komponen-komponen yang semuanya saling berinteraksi, hal itu memberikan
dua masukan yang sangat penting. Pertama, jika terjadi perubahan dalam
bagian-bagian itu makan akan mempengaruhi seluruh sistem tersebut. Kedua,
sistem hidup dalam sebuah lingkungan dan karena itu antara sistem juga
lingkungan melakukan sebuah interaksi dan sistem itu juga dipengaruhi oleh
lingkungan itu.
Sistem
politik sendiri memiliki kemajuan yang sangat pesat pendekatan klasik ilmu
politik klasik. Hal ini didasari semakin luas kajian-kajian yang dipelajari
dalam sistem politik, yang pada pendekatan pendekatan klasik ilmu politik hanya
mempelajari lembaga formal pada negara tersebut. Itu dinilai sistem politik
sebagai kelemaham karena politik tidak hanya dipengaruhi aspek-aspek formal
pada negara saja tetapi ada aspek- aspek non formal yang mempengaruhi sebuah
kebijakan atau keputusan.
Proses
politik yang seperti itu yang menurut David Easton dikenal sebagai Teori
Sistem, menurut David Easton ada yang dinamakan sebuah input dan
output dari sistem yang tercermin dalam keputusan-keputusan yang
dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input) di dalam sistem
tersebut. Rumusan ini sangat sederhana tetapi juga cukup memadai untuk
menjelaskan berbagai hal: input – sistem atau proses politik – output. Hubungan
ini secara diagram dapat dilihat dalam gambar berikut, hal in bisa dipakai
sebagai pendekatan dalam mempelajari kehidupan politik.
Skema Kerja
Sistem Politik Easton
Dalam gambar diatas, Easton memisahkan sistem
politik dengan masyarakat secara keseluruhan oleh sebab bagi Easton sistem
politik adalah suatu sistem yang berupaya mengalokasikan nilai-nilai di tengah
masyarakat secara otoritatif. Alokasi nilai hanya dilakukan oleh
lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan yang legitimate (otoritatif)
di mata warganegara dan konstitusi. Suatu sistem politik bekerja untuk
menghasilkan suatu keputusan (decision) dan tindakan (action)
yang disebut kebijakan (policy) guna mengalokasikan nilai.
Unit-unit yang berada dalam sistem politik menurut
Easton adalah tindakan-tindakan politik (political actions) seperti
pembuatan UU, pengawasan legislatif terhadap kinerja eksekutif, dan tututan
elemen masyarakat terhadap pemerintah, dan sejenisnya. Dari sini kinerja pada
sistem politik memperoleh masukan dari input.
Input terdiri dari dari tuntutan dan
dukungan. Tuntutan dapat muncul baik dalam sistem politik atau lingkungan
dimana sistem politik itu berada, tuntutan itu kemudian digarap oleh
aktor-aktor politik yang berada dalam sistem politik itu. Di sisi
lain, ada dukungan merupakan tindakan yang bisa melestarikan atau menolak
sistem politik. Bisa dilihat disini bahwa dukungan ada yang bersifat positif
dan negatif terhadap sistem politik tersebut.
Kemudian tuntutan dan dukungan itu masuk dalam
sistem politik, setelah diproses dalam sistem politik kemudian muncul sebuah
keluaran yang disebut Output. Menurut Easton Output terdiri
dari keputusan dan tindakan, dari output ini muncul yang bernama Feedback (umpan balik)
yang dampaknya kembali dirasakan di Input. Yang dimaksudkan disini
adalah apakah keputusan dan tindakan itu sesuai dengan tuntungan dan dukungan
yang berasal dari Input. . Reaksi ini akan diterjemahkan kembali ke
dalam format tuntutan dan dukungan, dan secara lebih lanjut meneruskan kinerja
sistem politik. Demikian proses kerja ini berlangsung dalam pola siklis.
ü Contoh Pendekatan Sistem Politik David Easton :
Disini saya mengambil contoh tentang masalah jalan raya di Kota Madiun, tepatnya di Ring Road Kota Madiun. Sebelum menjadi ring road, lokasi tersebut masih berupa persawahan dan tanah lapang yang kosong. Masyarakat dan pihak lain (seperti sopir bus, sopir truk, dan kendaraan berat lainnya) menginginkan adanya jalan pintas yang menghubungkan antara Kota Madiun (Madiun timur) dan Kabupaten Madiun (Madiun barat) yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memperlancar laju kendaraan umum dan bus dari arah Surabaya yang ingin ke arah Solo tanpa melewati Kota Madiun. Karena banyak tuntutan dan dukungan dari masyarakat sekitar dan pihak lain seperti yang telah disebutkan diatas mengenai ring road tersebut, akhirnya pemerintah Kota Madiun membuat suatu kebijakan untuk membangun ring road.
Setelah ring road tersebut jadi dan digunakan sampai saat ini kurang lebih sekitar 2 tahun, jalan aspalnya mengalami kerusakan, seperti aspal yang retak, jalan yang berlubang, dsb. Kemudian masyarakat sekitar dan pihak lain merasa terganggu oleh kerusakan jalan tersebut. Merekapun memberikan tuntutan kembali ke pemerintah Kota Madiun untuk memperbaiki jalan yang rusak tersebut. Pemerintah menyetujuinya dan memperbaiki total jalan yang rusak itu. Kejadian seperti ini akan terus terjadi bolak-balik (feedback).
Disini saya mengambil contoh tentang masalah jalan raya di Kota Madiun, tepatnya di Ring Road Kota Madiun. Sebelum menjadi ring road, lokasi tersebut masih berupa persawahan dan tanah lapang yang kosong. Masyarakat dan pihak lain (seperti sopir bus, sopir truk, dan kendaraan berat lainnya) menginginkan adanya jalan pintas yang menghubungkan antara Kota Madiun (Madiun timur) dan Kabupaten Madiun (Madiun barat) yang dimaksudkan untuk mempercepat dan memperlancar laju kendaraan umum dan bus dari arah Surabaya yang ingin ke arah Solo tanpa melewati Kota Madiun. Karena banyak tuntutan dan dukungan dari masyarakat sekitar dan pihak lain seperti yang telah disebutkan diatas mengenai ring road tersebut, akhirnya pemerintah Kota Madiun membuat suatu kebijakan untuk membangun ring road.
Setelah ring road tersebut jadi dan digunakan sampai saat ini kurang lebih sekitar 2 tahun, jalan aspalnya mengalami kerusakan, seperti aspal yang retak, jalan yang berlubang, dsb. Kemudian masyarakat sekitar dan pihak lain merasa terganggu oleh kerusakan jalan tersebut. Merekapun memberikan tuntutan kembali ke pemerintah Kota Madiun untuk memperbaiki jalan yang rusak tersebut. Pemerintah menyetujuinya dan memperbaiki total jalan yang rusak itu. Kejadian seperti ini akan terus terjadi bolak-balik (feedback).
Seluruh pikiran Easton mengenai pengaruh lingkungan ini dapat dilihat di
dalam bagan model arus sistem politik berikut:
Model Arus Sistem Politik Easton
Model arus sistem politik di atas hendak menunjukkan bagaimana lingkungan,
baik intrasocietal maupun extrasocietal, mampu mempengaruhi
tuntutan dan dukungan yang masuk ke dalam sistem politik. . Keunggulan dari
model arus sistem politik ini adalah Easton lebih merinci pada sistem politik
pada hakikatnya bersifat terbuka. Dua jenis
lingkungan, intrasocietal dan extrasocietal mampu mempengaruhi
mekanisme input (tuntutan dan dukungan) sehingga struktur proses dan
output harus lincah dalam mengadaptasinya.
Tuntutan dan dukungan dikonversi
di dalam sistem politik yang bermuara pada output yang dikeluarkan oleh Otoritas.
Otoritas di sini berarti lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan
keputusan maupun tindakan dalam bentuk policy (kebijakan), bukan
sembarang lembaga, melainkan menurut Easton diposisikan oleh negara (state).
Output ini kemudian kembali dipersepsi oleh lingkungan dan proses siklis
kembali berlangsung.
Gabriel Abraham Almond
Gabriel Abraham Almond adalah salah satu pengguna teori sistem politik
Easton. Bagi
Almond, sistem politik adalah totalitas interaksi antar unit-unit yang ada di
dalamnya. Interaksi tersebut tidak hanya sebatas pada lembaga-lembaga
(aktor-aktor) politik formal melainkan pula informal. Keseimbangan di dalam
sistem politik menurut Almond selalu berubah sehingga sistem politik lebih
bersifat dinamis ketimbang statis. Perubahan keseimbangan ini tentu saja tidak
lepas dari pengaruh lingkungan intrasocietal dan extrasocietal. Pengaruh
tersebut membuat perimbangan kekuatan antar struktur formal berubah dan contoh
paling mudah adalah dominannya kekuatan lembaga kepresidenan atas legislatif
dan yudikatif di masa pra transisi politik 1998 berganti dengan persamaan dan
penyetaraan kekuatan di antara ketiga lembaga tersebut pasca transisi.
Almond
mendasarkan beberapa hal utama dalam sistem politik. Pertama, sistem politik
merupakan sistem yang ada dalam masyarakat yang bebas. Kedua, tujuan ilmu
politik adalah untuk mencapai suatu integrasi masyarakat. Ketiga, sistem
politik absah dalam menggunakan kekuatan paksaan, paksaan ini sebagian besar
dilakukan dengan paksaan hukum. Almond membandingkan lembaga-lembaga dalam
proses politik yang terdapat didalamnya melalui tiga tahapan. Yang pertama
adalah kegiatan deskriptif, yaitu dengan melihat dan memusatkan perhatian pada
semua rangkaian sistem politik. Yang kedua adalah memilah-milah dan
mengelompokkan unit-unit dalam proses politik. Yang ketiga adalah mencari
hubungan antar unit yang tergabung dalam sistem politik.
Menurut
Almond ada tiga konsep yang digunakan dalam membandingkan berbagai sistem
politik, yaitu sistem, struktur, dan fungsi. Sistem digunakan sebagai
konsep dengan adanya organisasi yang berinteraksi masyarakat dalam mencapai
tujuan tertentu, dan agar sistem berjalan dengan baik maka memerlukan struktur
sebagai proses berjalannya fungsi politik tersebut. Lembaga politik mempunya
tiga fungsi yaitu sosialisasi politik, yakni merupakan fungsi untuk
mengembangkan dan memperkuat sikap-sikap politik di kalangan penduduk, untuk
menjalankan peranan-peranan politik, administratif, dan yudisial. Fungsi yang
kedua adalah rekruitmen politik, yakni merupakan fungsi yang digunakan
untuk menyeleksi rakyat dalam kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui
penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri
untuk jabatan tertentu. Yang ketiga adalah komunikasi politik, yaitu merupakan
jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan melalui berbagai struktur
yang ada dalam sistem politik.
Almond
meringkas pola pikir sistem politiknya ke dalam skema berikut:
Diagram Sistem
Politik Almond dan Level-level Fungsi
Di
level fungsi input, sosialisasi dan rekrutmen politik meliputi rekrutmen
individu dari aneka kelas masyarakat, etnik, kelompok, dan sejenisnya untuk
masuk ke dalam partai politik, birokrasi, lembaga yudisial, dan sebagainya.
Almond
membagi sistem politik ke dalam tiga level. Level pertama terdiri
atas enam fungsi konversi yaitu: (1) artikulasi kepentingan
(penyampaian tuntutan dan dukungan); (2) agregasi kepentingan
(pengelompokan ataupun pengkombinasian aneka kepentingan ke dalam wujud
rancangan undang-undang); (3) komunikasi politik; (4) pembuatan
peraturan (pengkonversian rancangan undang-undang menjadi undang-undang atau
peraturan lain yang sifatnya mengikat); (5) pelaksanaan peraturan
(penerapan aturan umum undang-undang dan peraturan lain ke tingkat
warganegara), dan; (6) pengawasan peraturan (pengawasan jalannya
penerapan undang-undang di kalangan warganegara).
Fungsi nomor satu hingga tiga berhubungan dengan tuntutan
dan dukungan yang masuk melalui mekanisme input sementara fungsi
nomor empat hingga enam berada di sisi keluaran berupa keputusan serta
tindakan.
Ø Kelemahan Sistem Politik Almond dan Easton :
·
Analisis Sistem
Politik Easton dan Almond tidak menghasilkan rumusan yang empirik atau mampu
menjelaskan seluruh proses politik yang terjadi.
·
Kedua model
ini sistem politik ini tidak memahami kejadian dis-equilibrium, seperti
revolusi. Kedua model sistem politik tersebut tidak memasukkan gagasan
perubahan tersebut yang dapat mempengaruhi sistem politik.
·
Kedua model
tersebut cenderung tidak menghasilkan teori dari hubungan sebab-akibat karena
kedua model tersebut hanya menunjuukkan sifat model analisis, yaitu hanya menganalisa
fenomena politik.
Ø Keunggulan Sistem Politik Almond dan Easton
·
Kedua model
tersebut berpengaruh besar dalam perkembangan studi ilmu politik sejak tahun
1950.
·
Kedua model
mampu membuat analisa politik dengan cukup peka diantara kompleksitas sistem
politik di dalam sistem sosial yang lebih besar.
·
Kedua model
sistem politik mampu menciptakan keseimban gan/ekuilibrium/stabil dan jika ada konflik, maka model sistem politik
mampu mengecek setiap komponen atau subsistem untuk menemukan sumber konfliknya.
·
Kesederhanaan
kedua model tersebut dapat dipakai untuk menganalisa berbagai sistem politik,
baik yang demokratis maupun otoriter, tradisional maupun modern.
Referensi
1. Miriam Budiarjo, 2007. Dasar-Dasar Ilmu
Politk,. Gramedia, Jakarta
2. Rahman H. I. Sistem Politik Indonesia.
2007. Graha Ilmu, Yogyakarta.
3. Mas’oed, Mocthar dan MacAndrews, Colin (eds),
1984. Perbandingan Sistem Politik,
Yogyakarta: Gajahmada University Press.
terimakasih..
BalasHapus